Maaf

Sudah menjadi sebuah keharusan, setelah umat muslim dunia dan khususnya Indonesia menunaikan ibadah puasa Ramadhan satu bulan penuh kemudian merayakan Hari Idul Fitri. Di Indonesia, pada hari kemenangan umat Islam, ini menjadi ajang silaturahmi dan saling memaafkan antar keluarga, handai taulan, sahabat, dan lain sebagainya.

Maaf. Sebuah kata yang apik. Ketika momen Idul Fitri selalu menjadi tradisi di masyarakat. “Maaf lahir dan batin”, demikian selalu diucapkan sembari menyodorkan tangan kepada satu per satu orang.

Saling Menghormati antartetangga

Kita pasti sudah pernah belajar PMP (dulu waktu SD) atau Pendidikan Moral Pancasila. Di dalam mata pelajaran itu banyak hal yang bisa dipelajari, terutama bagaimana kita sebagai makhluk individu dan makhluk sosial yang bergaul di lingkungan masyarakat, seperti tetangga, teman kerja, dan sebagainya.

Tadi pagi (Sabtu, 30/01) menjelang siang, kira-kira jam 10 lewat, saya mendengar suara air mengalir dari dinding halaman belakang. Ternyata lagi-lagi air bak tetangga penuh, tapi tidak lekas dimatikan. Segera saja saya berangkat menemui tetangga ini yang kata ibu saya adalah seorang pensiunan perusahaan minyak terbesar di Indonesia.

Pergi ke Sekolah Mengendarai Mobil

Menurut saya, anak sekolah baik SD, SMP dan SMA tidak perlu mengendarai mobil sendiri ke sekolah mereka masing-masing. Boleh jadi anak-anak yang masih di bawah umur dan belum punya Kartu Tanda Penduduk (KTP) ini sudah mahir mengendarai mobil, tapi tidak etis dibawa ke sekolah.

Mengapa tidak boleh? Saya menilai belum pantas karena diyakini mereka belum memiliki Surat Izin Mengemudi (SIM) A. Jika tidak salah, usia minimal 22 tahun baru diperbolehkan memperoleh SIM A yang dikeluarkan kepolisian.

Dua malam kemarin, setelah saya membeli roti dan seikat cappuccino dari mini market, lalu keluar pintu tiba-tiba saya dikejutkan dengan melihat dua orang siswi masih lengkap berseragam SMA membuka pintu sebuah mobil sedan, lalu masuk ke dalam. Dalam pikiran saya, malam-malam begini belum pulang ke rumah. Bagaimana bisa orangtuanya bisa membiarkan kedua anak gadis SMA ini belum pulang ke rumah?